Bokura no Aikotoba (Our Password)

•20 March, 2011 • Leave a Comment

iseng2 nge-post syair jepang yang menarik,, mudah2an menginspirasi:

sumber: http://gendou.com/amusic/lyrics.php?id=8969&show=4

informasi:

Title: Bokura no Aikotoba

Artist: Kiyoura Natsumi

Theme song sergeant keroro

Syair(jepang):

Sono chiisa na karada de kimi wa boku o hagemasu
Hora hora hora
Sono ookina hitomi de kimi ga boku ni warau yo
Hora hora hora

Moshimo kurayami no naka kimi ga michi ni mayottara
Boku wa sora no sukima ni hikari o atsumete
Kimi o tsukamae ni yuku yo
Matte ite

Shinjiteru yo Shinjiteru yo
Bokura no aikotoba
Keshite karenai
Keshite karenai
Kokoro ni saku hana wa
Kimi no egao da yo

Sono ryoute ni afureru yume o sora ni egakou
Hora hora hora
Mita koto no nai hoshi ga kira kira to kagayaita
Hora hora hora

Moshimo tabi no tochuu de kimi ga nakitaku nattara
Boku wa kaze o norikoe hana o dazusaete
Kimi o nagusame ni yuku yo
Matte ite

Shinjiteru yo Shinjiteru yo
Bokura no aikotoba
Tooku tooku hanarete te mo
Kokoro wa tada hitotsu
Kimi o shinjiteru

Moshimo tabi no tochuu de kimi ga nakitaku nattara
Boku wa kaze o norikoe hana o dazusaete
Kimi o nagusame ni yuku yo
Matte ite

Shinjiteru yo Shinjiteru yo
Bokura no ai kotoba
Tooku tooku hanarete temo
Kokoro wa tada hitotsu

Shinjiteru yo Shinjiteru yo
Bokura no ai kotoba
Keshite karenai
Keshite karenai
Kokoro ni saku hana wa
Kimi no egao da yo

terjemahan(inggris):

With that small body

you continued to encourage me
Look, look, look
With two big eyes

you continued to smile at me
Look, look, look

If you were in the dark

and you don’t know where you are
I’ll gather all the lights and bring them to the sky
I’ll come and catch up with you
Wait for me

I’ve always believed in,

I’ve always believed in Our password
Everlasting, never dying
The blooming flowers in my heart
They’re in your smile

Let’s draw the dream that overflows

in both of our hands in the sky
Look, look, look
The star you have never seen before

sparkles and glitters
Look, look, look

If, in the middle of your journey,

you suddenly felt like crying
I’ll ride the wind, carrying a flower with me
I’ll reach you and confort you
Wait for me

I’ve always believed in,

I’ve always believed in Our password
Even if we’re separated by a very far distance
Our hearts will always be as one
I’ll believe in you

If, in the middle of your journey,

you suddenly felt like crying
I’ll ride the wind and carry a flower
I’ll reach you and comfort you
Wait for me

I’ve always believed in,

I’ve always believed in Our password
Even if we’re separated by a very far distance
Our hearts will always be as one

I’ve always believed in,

I’ve always believed in Our password
Everlasting, never dying
The blooming flowers in my heart
They’re in your smile

Beberapa Ayat Penyejuk Hati

•20 March, 2011 • 4 Comments

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. Kami berfirman: “Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati“.(2:37-38)

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shaleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (2:62)

(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(2:122)

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(2:262)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shaleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(2:277)

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (89:27-30)

Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (94:1-8)

Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.(3:160)

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.(47:7)

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (9:111)

 

Akhir kata:

Mudah mudahan Allah memberikan kesejukkan dan kedamaian pada setiap hamba-hambanya yang sedang berusaha mendekatkan diri kepada-Nya, istiqomah di jalan-Nya, dan seluruh ummat muslim yang sedang mengalami cobaan di luar sana.

 

Yahya Schroder: Rela Meninggalkan Kenikmatan Hidup, Demi Masuk Islam

•25 February, 2009 • 6 Comments

Bulan November tahun 2006, menjadi bulan bersejarah bagi remaja Jerman itu. Karena pada saat itu ia yang masih berusia 17 tahun mengucapkan dua kalimat syahadat dan menjadi seorang Muslim. Ia memilih Yahya, sebagi nama Islamnya dan sejak itu remaja Jerman yang kini tinggal di Postdam, dikenal dengan nama Yahya Schroder.


Yahya hidup berkecukupan dengan ibu dan ayah tirinya di sebuah desa kecil di Jerman. Ia tinggal di rumah yang besar lengkap dengan kolam renang yang luas. Di kamarnya ada tv dan play station dan Yahya tidak pernah kesulitan dalam masalah uang. Seperti remaja lainnya, Yahya sering pergi bergerombol bersama teman-temannya, minum alkohol atau melakukan hal-hal yang konyol.


Tapi semua kenikmatan dunia itu harus ia tinggalkan ketika ia memutuskan masuk Islam. Setelah menjadi seorang mualaf, Yahya memilih tinggal dekat ayahnya yang sudah lebih dulu masuk Islam, di Postdam dekat kota Berlin. Yahya mengaku tidak merasa bahagia meski saat masih ikut ibu dan ayah tirinya yang kaya, hidupnya serba enak. “Saya mencari sesuatu yang lain,” ujarnya.


Yahya mengenal komunitas Muslim di Postdam ketika ia berusia 16 tahun, lewat ayah kandungnya yang lebih dulu masuk Islam pada tahun 2001. Ketika itu, ia biasa mengunjungi ayah kandungnya sebulan sekali dan sering ikut sang ayah menghadiri pertemuan-pertemuan dengan komunitas Muslim yang diselenggarakan setiap hari Minggu.

Yahya merasa tertarik dengan Islam dan ayahnya memperhatikan hal itu. Hingga suatu hari sang ayah mengatakan tidak mau membahas soal Islam ketika mereka sedang berdua saja. Ayah Yahya menginginkan puteranya itu belajar dari orang-orang yang ilmunya tentang Islam lebih tinggi agar jika Yahya masuk Islam tidak dipandang cuma ikut-ikutan apa yang telah dilakukan ayahnya.


“Saya setuju dengan ayah dan saya mulai menghadiri pertemuan-pertemuan itu sendiri, setiap bulan. Tapi saat itu terjadi sesuatu hal yang mengubah cara berpikir saya,” ujar Yahya.

Yahya bercerita, ia mengalami kecelakaan saat pergi berenang bersama komunitas Muslim. Ketika ia melompat ke kolam renang dari ketinggian, kepalanya membentur dasar kolam renang dan tulang punggungnya patah. Ayahnya membawa Yahya ke rumah sakit dan dokter di rumah sakit itu mengatakan hal yang membuat gentar hatinya.

“Punggungmu mengalami patah tulang yang parah, satu satu saja gerakan yang salah, bisa membuatmu lumpuh,” kata dokter.


Yahya harus menjalani operasi. Beberapa saat sebelum masuk ruang operasi, teman Yahya di komunitas Muslim bernama Ahmir memberinya semangat, “Yahya, sekarang engkau berada di tangan Allah. Ini seperti naik rollercoaster. Sekarang engkau sedang berada dalam puncak kenikmatan naik sebuah rollercoaster dan percayalah pada Allah.”

Operasi berlangsung selama lima jam dan Yahya baru siuman tiga hari kemudian. “Saya tidak bisa menggerakan tangan kanan saya, tapi saya merasa sangat bahagia. Saya bilang ke dokter bahwa saya tidak peduli dengan tangan kanan saya. Saya sudah sangat bahagia Allah telah membiarkan saya tetap hidup,” tutur Yahya. Dokter mengatakan Yahya harus dirawat di rumah sakit dalam beberapa bulan. Tapi Yahya cuma dua minggu di rumah sakit, karena ia berlatih dengan keras. Yahya bahkan sudah bisa naik turun tangga dua hari sebelum seorang dokter datang dan mengatakan bahwa hari itu ia akan berlatih naik tangga.


“Alhamdulillah saya cuma dua minggu di rumah sakit. Sekarang saya sudah bisa menggerakan tangan kanan saya. Kecelakaan itu telah banyak mengubah kepribadian saya,” aku Yahya.


“Saya merasakan, ketika Allah menginginkan sesuatu terjadi, hidup seseorang berubah total dalam hitungan detik. Oleh sebab itu, saya lebih menghargai kehidupan dan mulai berpikir tentang kehidupan saya dan Islam, tapi saat itu saya masih tinggal di sebuah desa kecil,” kisah Yahya.


Keinginan Yahya untuk menjadi seorang Muslim makin kuat, sehingga ia berani memutuskan untuk meninggalkan keluarganya di desa itu. Yahya menuturkan, “Saya meninggalkan ibu dan ayah tiri saya, meninggalkan gaya hidup saya yang mewah dan pergi ke Postdam, tinggal di apartemen kecil ayah kandung saya. Saya tak keberatan harus menempati sebuah dapur kecil, karena saya cuma membawa sedikit pakaian, buku-buku sekolah dan beberapa CD.”


“Kedengarannya saya kehilangan segalanya, tapi saya merasa bahagia, sebahagia ketika saya siuman di rumah sakit setelah kecelakaan buruk itu,” ujar Yahya.

Diejek Teman Sekolah


Sehari setelah hari pertamanya masuk sekolah di Postdam, Yahya mengucapkan dua kalimat syahadat. Yahya pun menjalani kehidupan barunya sebagai seorang Muslim, meski di sekolah banyak yang mengejeknyakarena menjadi seorang Muslim. Beberapa orang menganggapnya “gila” bahkan tidak percaya kalau dirinya orang Jerman asli.


“Saya melihatnya sebagai hal yang biasa karena informasi yang mereka baca di media tentang Islam dan Muslim. Media massa menulis tentang Islam yang disebut teroris, Usamah bin ladin, Muslim yang jahat, dan sebagainya,” tukas Yahya.


Sepuluh bulan berlalu dan situasi mulai berubah. Yahya aktif berdakwah pada teman-teman sekelasnya dan ia mendapatkan sebuah ruangan untuk salat, padahal cuma dia satu-satunya siswa Muslim di sekolahnya.


“Teman-teman sekelas berubah, yang dulunya menggoda saya karena masuk Islam, sekarang banyak bertanya tentang Islam dan mereka mengakui Islam tidak sama dengan agama-agama lainnya. Menurut mereka, Islam itu keren!” kata Yahya menirukan pendapat teman-temannya.


Yahya mengungkapkan, teman-teman sekolahnya menilai Muslim memiliki adab yang baik dalam berinteraksi dengan sesama manusia, bebas dari tekanan teman sekelompok seperti yang terjadi di sekolah mereka. Saat itu siswa-siswi di sekolah Yahya cenderung berkelompok atau membentuk genk, mulai dari genk hip hop, punk sampai kelompok genk siswa yang hobinya berpesta. Setiap siswa berusaha keras untuk diterima menjadi anggota genk itu.


Tapi Yahya, ia bisa berteman dengan siapa saja. “Saya tidak perlu mengenakan pakaian khusus agar terlihat keren. Yang terjadi malah, genk-genk itu sering mengundang saya dan teman-teman Muslim saya ke pesta-pesat barbeque mereka,” tandasnya.


“Yang istimewa dari semua ini adalah, mereka menghormati saya sebagai seorang Muslim. Mereka membelikan makanan halal buat saya dan mereka menggelar dua pesta barbeque, satu untuk mereka dan satu untuk kami yang Muslim. Masyarakat disini sudah mulai terbuka dengan Islam,” sambung Yahya mengenang masa-masa sekolahnya.


Yahya menambahkan, ia merasa lebih mudah menjadi seorang mualaf daripada menjadi seorang yang memang sudah Muslim sejak lahir. Ia banyak melihat banyak anak-anak muda Muslim yang ingin menjadi orang Jerman dan melihat Islam hanya sebagai tradisi. Anak-anak muda itu, kata Yahya, bersedia melepas ‘tradisi’ keislamannya supaya bisa diterima di tengah masyarakat Jerman.


“Meskipun faktanya, orang-orang Jerman tetap tidak mau menerima mereka meski mereka melepas agama Islamnya,” ujar Yahya.


Ia mengakui, kehidupan seorang Muslim di Jerman tidak mudah karena mayoritas masyarakat Jerman buta tentang Islam. “Kalau mereka ditanya tentang Islam, mereka akan mengatakan sesuatu tentang Arab. Buat mereka, pertanyaan itu seperti soal matematika, Islam=Arab”. Padahal negara ini memiliki bangsa yang besar,” tukas Yahya. (ln/readislam)

 

Diambil dari: http://www.mualaf.com/

Profesor Jeffrey Lang Temukan Hidayah melalui Perantaraan Mahasiswanya

•24 February, 2009 • 2 Comments

Profesor matematika yang pernah memilih tak beragama alias atheis ini akhirnya lebih memilih Islam sebagai pihan terakhirnya

 

Hidayatullah.com—Perjalanan setiap orang menuju Islam beraneka ragam caranya dan punya keunikan masing-masing. Seperti Prof Jeffrey Lang, kisah keislamnnya tergolong unik dan menarik. Profesor Matematika ini mendapat hidayah melalui perantaraan mahasiswa bimbingannya di kampus University of San Fransisco, AS. Dia sempat dihadiahi sebuah mushaf Alquran yang diakuinya sebagai kitab suci yang sangat mengagumkan. Satu hari, secara tak terduga dia menemukan sebuah ruangan kecil di lantai bawah sebuah gereja dekat kampus. Rupanya ruangan itu dipakai oleh para mahasiswanya yang  Islam untuk shalat lima waktu. Nah, di ruangan kecil itu pula akhirnya dia bersyahadah. Berikut kisah lengkapnya.

 

Prof. Dr. Jeffrey Lang, nama lengkapnya. Sehari-hari dia bekerja sebagai dosen dan peneliti bidang Matematika di Universitas Kansas, salah satu universitas terkemuka di Amerika Serikat. Gelar master dan doktor matematika diraihnya dari Purdue University tahun 1981. Prof. Jeffrey dilahirkan dalam sebuah keluarga penganut paham Katolik Roma di Bridgeport, Connecticut pada 30 Januari 1954.

Pendidikan dasar hingga menengah dijalani di sekolah berlatar Katolik Roma. “Hampir 18 tahun lamanya kuhabiskan masa kecil di sekolah yang berlatar belakang ajaran Katolik.  Selama itu pula aku menyisakan banyak pertanyaan tak berjawab tentang Tuhan dan filosofi ajaran Kristen,” tutur dia.

Jeffrey, dalam catatan hariannya tentang perjalanannya mencari Islam, menulis:”Seperti kebanyakan anak-anak lain di kisaran tahun 1960-an hingga awal 1970-an kulewati masa kecil yang penuh keceriaan. Bedanya pada masa itu aku sudah mulai banyak bertanya-tanya tentang nilai-nilai kehidupan, baik itu secara politik, sosial dan keagamaan. Aku bahkan sering bertengkar dengan banyak kalangan, termasuk di dalamnya pemuka gereja Katolik.”

Beranjak remaja, di usianya yang ke-18, Prof. Jeffrey mengaku sudah jadi atheis alias tak percaya lagi adanya tuhan. “Jika Tuhan itu ada, dan Dia punya belas kasih dan sayang, lalu kenapa ada begitu banyak penderitaan di atas bumi ini? Kenapa Dia tidak masukkan saja kita semua ke dalam syurga? Kenapa juga dia menciptakan orang-orang di atas bumi ini dengan berbagai penderitaan?” kisah Jeffrey muda tentang kegelisahan hatinya kala itu. Selama bertahun-tahun pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus menggelayuti pikirannya.

Ketemu mahasiswa muslim

Akhirnya Prof. Jeffrey mendapatkan jawaban awal di kota San Francisco. Ceritanya, saat itu dia diangkat sebagai salah seorang asisten dosen di Jurusan Matematika, Universitas San Francisco. Jeffrey menemukan Tuhan itu ada dan nyata dalam kehidupan ini. Tapi bagaimana cara dia menemukannya? Ternyata petunjuk itu didapatnya dari beberapa mahasiswanya yang beragama Islam!

“Saat pertamakali memberi kuliah di Universitas San Francisco, aku ketemu dengan seorang mahasiswa muslim yang mengambil mata kuliah Matematika. Akupun langsung akrab dengan mahasiswa ini, begitu pula dengan keluarganya. Agama, saat itu belum jadi topik perbincangan kami, hingga satu ketika aku diberi hadiah sebuah kitab suci Alquran,” cerita dia.

Mahmoud Qadeel, nama mahasiswa tersebut. Dia berasal dari Arab Saudi. Mahmoud, cerita Prof Jeffrey, telah memberi banyak masukan baginya tentang hal ihwal Islam. Menariknya, semua diskusi mereka menyangkut dengan sains dan teknologi. “Aku pernah diskusi dengan Mahmoud tentang riset kedokteran dan dia menjawab dengan sempurna sekali. Bahasa Inggrisnya juga bukan main. Aku dibuat terpana oleh Mahmoud, yang di negaranya adalah seorang mayor polisi,” lanjut Prof. Jeffrey kagum.

Hadiah Alquran

Satu ketika, berlangsung acara perpisahan. Semua dosen dan mahasiswa turut hadir dalam acara yang diadakan di sebuah tempat di luar kampus itu.”Aku benar-benar terkejut saat Mahmoud memberiku hadiah sebuah mushaf Alquran. Mahmoud juga menghadiahiku beberapa buku Islam,” kata Prof. Jeffrey.

Atas inisiatifnya sendiri, dia pun mempelajari isi Alquran itu. Bahkan buku-buku Islam tersebut dibacanya hingga tuntas. Dia mengaku kagum dengan Alquran.  Dua juz pertama dari Alquran yang sempat dipelajarinya telah membuat dia bagai terhipnotis.

“Tiap malam muncul beraneka macam pertanyaan dalam diriku. Tapi entah kenapa jawabannya segera kutemukan esok harinya. Seakan ada yang membaca pikiranku dan menuliskannya di setiap baris Alquran. Aku seakan menemukan diriku di tiap halaman Alquran…,” tukas Jeffrey lagi.

Bersyahadah di mushallah kampus

“Sekitar tahun 80-an belum banyak pelajar muslim yang studi di Universitas San Francisco. Waktu itu bisa jumpa dengan mahasiswa Islam sangat surprise,” aku Prof. Jeffrey.

Ada cerita menarik tatkala dia sedang menelusuri kampus, secara tak terduga aku menemukan sebuah ruangan kecil di lantai bawah sebuah gereja. “Rupanya ruang itu dipakai oleh beberapa mahasiswa Islam untuk shalat lima waktu,” lanjut dia lagi.

Kepalanya dipenuhi tanda tanya dan rasa ingin tahunya membuncah. Dia pun bersegera masuk ke tempat shalat tersebut.  Waktu itu pas masuk waktu shalat zuhur dan dia pun diajak untuk ikut shalat oleh para mahasiswanya. Dia berdiri persis di belakang salah seorang mahasiswa dan mengikuti setiap gerakannya. Air matanya terlihat menetes.

“Kami berdiskusi tentang masalah agama. Aku utarakan semua bertanyaan yang selama ini tersimpan dalam kepalaku. Dan, sungguh luar biasa, aku benar-benar terkejut sekali dengan cara mereka menjelaskan. Masuk akal dan mudah dicerna. Ternyata jawabannya ada dalam ajaran Islam,” tutur dia. “Tahu tidak, setelah keluar dari mushallah itu, aku telah mengucapkan dua kalimah syahadah!,” tutur Prof Jeffrey.

Kenapa kita shalat, Ayah?

Prof  Jeffrey secara rutin menunaikan shalat lima waktu dan merasakan ketentraman jiwa luar biasa. Shalat subuh, seperti diakuinya, adalah salah satu ritual yang sangat indah dalam Islam dan dia merasakan kesan mendalam dari shalat subuh.

Satu hari Jeffrey ditanya oleh Jameelah, anak perempuannya yang kala itu berumur delapan tahun, selepas dia shalat Zuhur. “Ayah, kenapa kita harus shalat?,” tanya anaknya polos.

“Aku terhenyak dengan pertanyaannya. Aku benar-benar tidak mengira seorang anak berumur delapan tahun akan bertanya seperti itu. Ingin kuceritakan padanya bagaimana kelebihan dan kenikmatan shalat. Tapi apa dia bisa mengerti? Akhirnya  kujawab bahwa kita shalat karena itu perintah Allah,” tukas sang professor.

“Tapi ayah, apa yang bisa kita peroleh dengan shalat?,” tanya sang anak lagi masih penasaran.”Anakku, hal ini masih sulit untuk kamu pahami. Satu hari nanti, jika kamu sudah istiqamah dengan shalat lima waktu, ayah yakin kamu pasti akan dapatkan jawabannya,” pungkas Prof Jeffrey bijak.

“Apakah shalat bisa bikin kita bahagia ayah?.” lanjut Jameelah kecil.

“Sayangku, shalat adalah salah satu obat penenang jiwa. Sekali kita bersentuhan dengan kasih sayang Allah di dalam shalat, maka itulah kenikmatan yang luar biasa. Satu waktu, selepas lelah sehabis kerja, ayah merasakan semua rasa lelah itu hilang saat mengerjakan shalat,” imbuhnya lagi meyakinkan sang anak.

Itulah kisah sang profesor yang juga meraih karir bagus di bidang matematika. Dia mengaku sangat terinspirasi dengan matematika. “Matematika itu logis dan berisi fakta-fakta berupa data real untuk mendapatkan jawaban konkret,” tutur dia.

“Dengan cara seperti itulah aku bekerja. Adakalanya aku frustrasi ketika ingin mencari sesuatu tapi tidak mendapat jawaban yang konkret. Islam, bagiku, semuanya rasional, masuk akal dan mudah dicerna,” tukasnya.

Prof Jeffrey saat ini ditunjuk oleh fakultasnya sebagai pembina organisasi Asosiasi Mahasiswa Islam guna menjembatani para pelajar muslim dengan universitas. Tak hanya itu, dia bahkan ditunjuk untuk memberikan mata kuliah agama Islam oleh pihak rektorat.

Prof Jefrey menikah dengan seorang perempuan Arab Saudi bernama Raika tahun 1994. Mereka dikaruniai tiga buah hati yakni Jameelah, Sarah dan Fattin. Jeffrey juga penulis buku yang handal. Selain ratusan artikel ilmiah bidang matematika, dia juga telah menulis beberapa buku Islam yang menjadi rujukan komunitas muslim Amerika. “Even Angels ask; A Journey to Islam in America” adalah salah satu buku best sellernya. Dalam buku itu dia menulis kisah perjalanan spiritualnya hingga memeluk Islam. [Zulkarnain Jalil/irg/www.hidayatullah.com]

 

Gadis Amerika itu Bersyahadah di Dalam Bis Kota

•24 February, 2009 • 2 Comments

 

 

Hidayatullah.com–Halimah David kini namanya. Dia memeluk Islam tahun 2001 silam. Awalnya, semasa masih remaja, gadis Amerika ini hidup di tengah nuansa Katolik yang kental dibawah bimbingan sang ayah. Namun beranjak dewasa dia melihat ada kontradiksi dalam Kristen. Dia pun mulai mencari kebenaran dengan mendalami berbagai agama, termasuk Islam. Dalam satu perjalanan dengan bus dari Michigan ke Colorado, untuk melanjutkan kuliah di kedokteran, dia berjumpa dengan seorang pemuda muslim asal Afrika. Dari situlah dia kenal Islam. Dan, menariknya di atas bis antar kota itu juga dia bersyahadah. Masya Allah, hidayah-Nya tak kenal tempat dan waktu. Alhasil, dia justru tertarik belajar Islam ketimbang melanjutkan studi kedokteran. Berikut kisah Halimah, yang setelah menikah memilih tinggal di rumah, mendidik anak sembari menulis buku dan juga mengasuh website Islam.

                                                                                                                                                                                                                                                                                               

“Aku dibesarkan dalam keluarga Kristen taat. Ayahku senantiasa memberi petuah Kristen semasa membesarkanku. Dia berusaha keras mengajariku nilai-nilai Kristen,” kata Halimah David tentang latar belakang keluarganya.

“Aku banyak membaca Bibel di saat masih duduk di sekolah dasar dan mengamati sekilas ada hal yang kontradiksi di sana (missal: masalah babi). Memasuki usia 12 tahun, aku makin mengerti dan Kristen makin jauh dari hidup. Tapi aku sendiri tidak tahu apa yang musti kulakukan. Aku terus mencari dan mencari, siapa tuhanku yang sebenarnya. Berdoa agar ditunjukkan pintu kebenaran itu. Jujur, aku benar-benar bekerja keras untuk hal ini,” kata dia.

Halimah menyimpan segudang pertanyaan dalam kepalanya: “Kenapa ada manusia di dunia?” atau “Untuk tujuan apa manusia diturunkan?”

Halimah berpikir dengan sistem yang begitu komplek, misal bagaimana manusia diciptakan, lalu bumi diciptakan untuk manusia, tentu ada Maha Pencipta di balik semua itu. Semisal benda, pasti ada desainernya. Atau, tatkala seseorang jalan-jalan di pantai lalu meninggalkan jejaknya di pasir. Maka pasti yang melihat akan menduga ada orang yang baru melewati jalan itu sebelumnya.

“Memasuki usia ke-19, itulah saat-saat yang kritis dalam masa pencarianku. Aku banyak mengadakan perjalanan ke berbagai tempat guna melihat aneka budaya setempat. Ini juga bagian dari proses pencarian tuhan. Kuamati ajaran Taoisme, Budha, Yahudi, Freemansory, Hindu, Animisme, serta banyak lainnya lagi. Tentu saja ajaran Kristen juga jadi bahan pembanding. Aku juga mempelajari Islam melalui literatur yang ada. Kala itu hanya satu dua halaman saja yang kupelajari. Sekilas saja, aku tidak begitu tertarik mempelajarinya lebih jauh. Kuamati Islam menyembah Allah, lalu Muhammad Nabi mereka. Itu saja. Lalu mereka shalat lima kali sehari. Apa, lima kali sehari!?,” tukas dia lagi.

“Ketika itu aku mulai berpikir, ah masa sampai sebegitu banyaknya. Kapan pergi kerja, kuliah kalau sebegitu banyak musti ibadah saban hari. Begitu hatiku membatin. Waktu berlalu, aku kembali ke Amerika lagi. Usiaku sudah 21 tahun. Aku masih belum puas dengan semua agama yang telah kupelajari,” kata dia heran.

Waktu terus berjalan hingga dia memutuskan untuk kuliah dan diterima di jurusan kedokteran di Universitas Colorado. Menjadi dokter memang impiannya sejak lama. “Konsekuensinya, aku harus pindah dari Michigan ke Colorado. Tak apa-apa demi masa depan,” ujarnya.

Saat hari-H, Halimah menggunakan bus umum Greyhound dari Michigan ke Colorado. Perjalanan sedikit panjang dan membosankan. Syukurnya sepanjang perjalanan itu dia punya teman ngobrol dengan seorang pemuda yang dikenalnya dalam bus. Anak muda yang duduk persis di belakangnya. Ternyata dia juga hendak ke Colorado untuk melanjutkan kuliah.

 “Namanya Ibrahim, asal dari Afrika. Dia ke Colorado untuk kuliah di jurusan teknik. Kamipun mulai akrab dan ngobrol ke sana kemari untuk menghilangkan rasa jenuh di perjalanan,” kata Halimah.

Yang bikin Halimah tertarik adalah tatkala Ibrahim menyebut dirinya seorang muslim. “Aku tanya apa itu Islam dan dia cerita orang Islam percaya hanya satu Tuhan yaitu Allah dan Muhammad utusan-Nya. Dia cerita juga bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir dan tak ada diturunkan Nabi lagi setelahnya. Aku makin tertarik,” imbuh Halimah.

“Aku simpulkan bahwa ajaran Yahudi berada di belakang dua Nabi, yakni Nabi Isa dan Muhammad. Dan, ajaran Kristen yang dibawa Nabi Isa berada di belakang Islam yang dibawa Nabi Muhammad,” tukasnya. Halimah seakan merasa melihat secercah kebenaran dalam Islam. Ibrahim pun menghadiahinya sebuah buku kecil berisi kumpulan zikir dan doa yang merupakan senjata orang mukmin. Halimah sempat membaca salah satu bagian dari buku itu yang berbunyi:

“Tak ada satu pun yang patut disembah kecuali Allah. Allah satu dan tak bersekutu. Dia Maha Pemilik yang memiliki segala-galanya dan dia Maha Terpuji. Dialah yang Maha Berkuasa atas segala-galanya.”

Berawal dari situlah Aminah melihat Islam adalah agama yang sedikit lebih masuk akal dan mudah dimengerti dari sekian agama yang pernah dipelajarinya. Halimah lalu membaca lagi isi buku pemberian Ibrahim itu untuk mendapat petunjuk siapa itu Allah. Dia temukan kalimat lain berbunyi:

“Dengan nama Allah, tak ada sesuatu pun bisa memberikan manfaat dan mudharat baik di dunia maupun di akherat, kecuali dengan seizin Allah. Dia Maha Mendengar dan lagi Maha Mengetahui.”

“Ya Allah, segala keberkahan telah banyak kami terima dari Engkau yang Maha Pencipta. Engkau tidak bersekutu. Segala puji hanya bagi-Mu. Terima kasih ya Allah.”

 “Seketika itu lalu aku menoleh pada Ibrahim dan menanyakannya bagaimana caranya menjadi orang Islam. Dia menyebut aku musti bersyahadah. Dia bilang setiap yang mau masuk Islam musti mengucap duaa kalimah: La ilaha illa llaah Muhammadur Rasuulullah. Hanya itu? Aku lalu dituntunnya untuk mengucap kalimat Syahadah itu. Aku pun bersyahadah saat itu juga. Ya di dalam bus Greyhound, antara Michigan dan Colorado, aku telah jadi seorang muslimah!,” kenangnya.

Subhanallah! Setelah berbincang-bincang hanya sekitar lima belas menit dengan Ibrahim aku menjadi seorang muslim. Inilah cerita tujuh tahun yang lalu,” ujar Halimah memuji Allah. Dia mengaku sangat terkesan dengan kisah keislamannya akhir tahun 2001 silam itu.

Selanjutnya, dengan serta merta dia membatalkan perjalanannya ke Colorado. “Aku tidak melanjutkan sekolah kedokteran. Aku putuskan untuk menghabiskan waktu untuk mempelajari agama yang baru kukenal itu,” kata dia lagi.

Lalu Halimah pun pindah ke Utah. Di sana dia menemukan banyak muslim dan mereka sangat gembira serta menyambut Halimah dengan hangat dan mengenalkannya pada komunitas muslim setempat. Disanalah dia menghabiskan waktu untuk mempelajari Islam secara serius dan sungguh-sungguh.

“Begitulah, setelah mengikuti berbagai kajian Islam, ada beberapa hal yang menurutku sangat penting, yakni: Musti ada Sang Pencipta, karena di dalam kehidupan nyata ada benda-benda ciptaan. Bukti bahwa Tuhan itu ada ditunjukkan melalui kumpulan orang-orang yang berkumpul dan beribadah karena merasa ada “kebutuhan” yang bersifat spiritual. Ini terlihat dari adanya aneka ragam agama dan pemeluknya,” ungkapnya.

“Begitupun, kita musti mengikuti agama yang meyakini hanya satu tuhan. Karena, jika ada lebih dari satu tuhan maka otomatis akan sangat komplek dan akan terjadi chaos antara sesama tuhan. Logikanya begitu. Konsekuensinya, semua manusia bertanggungjawab untuk percaya dan yakin kepada Tuhan yang terpatri di dalam setiap diri dan jiwa mereka,” pungkas dia.

“Karena itulah dasar dari dilahirkan manusia ini, untuk mengabdi kepada Sang Penciptanya. Seperti termaktub di Surah Azzariyat ayat 56: “Aku menciptakan jin dan manusia hanya untuk mengabdi kepada-Ku.”, imbuhnya. Jadi saya rasa Islam hadir untuk menggantikan ajaran Kristen yang telah berbelok arah dengan ajaran Trinitasnya, Satu dalam tiga, Itu sangat tidak rasional.

Halimah juga mendapat hal menarik lain tentang Tuhan di dalam Islam, bahwa jika seseorang manusia tidak mau beribadah kepada-Nya, maka kekayaan-Nya tidak akan berkurang. Sebaliknya jika semua manusia beribadah kepada-Nya, maka kekayaan-Nya juga tidak bertambah gara-garanya hamba-Nya menyembah Dia. Allah itu Maha Sempurna. Dia tak butuh kepada benda-benda, tapi semua benda-benda ciptaan-Nya butuh, itu sebabnya semua umat manusia butuh untuk beribadah kepada-Nya.

“Inilah yang makin memantapkan hati saya untuk terus berada dalam agama yang sangat saya cintai ini. Islam sudah sangat sempurna,” tutupnya.

Halimah kini telah menikah dan memilih tinggal di rumah untuk mendidik anak-anaknya. Dia juga menulis buku-buku Islam khusus untuk anak-anak. Tak hanya itu waktunya juga diisi dengan mengasuh tiga website Islam. Salah satunya khusus membahas etika bisnis di dalam Islam. Begitulah. [Zulkarnain Jalil/www.hidayatullah.com]

 

 

 

 

Ibadah, Antara Takut, Cinta, dan Harap (1/2)

•24 February, 2009 • 1 Comment

Ibadah adalah segala sesuatu yang kita laksanakan berdasarkan atas syariat Islam dan ditujukan hanya kepada Allah Ilah dan Rabb kita. atau dengan kata lain ibadah adalah suatu interaksi antara kita dengan Allah yang diterima sebagai suatu kebaikan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam berinteraksi dengan manusia kita mempunyai suatu adab yang harus kita perhatikan agar interaksi dapat berjalan secara lancar dan berkesan di hati manusia yang kita ajak berinteraksi. begitupun dalam beribadah ada suatu adab dan tata cara yang harus dipenuhi agar ibadah kita diterima oleh Allah.

Pertama: hendaklah beribadah dengan penuh rasa harap (raja’), artinya seluruh ibadah kita harus dipenuhi dengan sebuah rasa harap yaitu kita berharap untuk mendapatkan ridha-Nya. tanpa rasa harap ini ibadah kita akan terasa hampa seperti mengerjakan hal-hal yang sudah menjadi rutinitas.. tanpa rasa harap akan ridha dan karunia Allah ibadah kita bagaikan mengendarai kendaraan tanpa arah yang jelas… selain pengharapan pada ridha Allah kita juga harus berharap untuk masa depan yang lebih cerah.. karena Allahlah yang menggenggam masa depan kita semua…

Kedua: hendaklah beribadah dengan penuh rasa takut (khauf) dalam beberapa ayat Qur’an tertulis bahwa orang-orang yang beriman amat takut kepada Allah(lihat 5:94,9:13,9:18,dll). karena itu dalam beribadah juga harus disertai dengan rasa takut, yaitu takut jikalau ibadah kita tidak sempurna, takut jikalau jita tidak mendapatkan ridha Allah, takut jukalau dosa-dosa kita tidak diampuni. oleh karena itu orang yang beribadah dengan rasa takut ini, mereka tidak akan terjerumus kedalam jurang kemaksiatan yang mengotori hai-hati mereka takut hal-hal yang dulu mereka lakukan dalam rangka mengabdi kepada Allah hilang begitu saja karena suatu kemaksiatan sekecil apapun. Insyaallah jika semua muslim di Indonesia sudah memiliki hal ini, tak akan ada lagi yang namanya korupsi, dan kejahatan lainnya.

bersambung ke bagian 2…….

 

dirangkum dari tausiahnya kang Arief Farmasi..

Ibadah: Pengertian, Macam Dan Keluasan Cakupannya

•23 February, 2009 • 1 Comment

 Kitab Tauhid 1

oleh: Dr.Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al fauzan

 

A. Definisi Ibadah

Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk.

Di dalam syara’, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:

1. Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para rasulNya.

2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.

3. Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Subhannahu wa Ta’ala , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang batin. Ini adalah definisi ibadah yang paling lengkap.

 

Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan.

Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan badan.

 

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (Adz-Dazariyat: 56-58)

 

Allah Subhannahu wa Ta’ala memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala. Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkannya; karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka mereka menyembahNya sesuai dengan aturan syari’atNya.

 

Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang menyembahNya tetapi dengan selain apa yang disyari’at-kanNya maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan siapa yang hanya menyembahNya dan dengan syari’atNya, maka dia adalah muk-min muwahhid (yang mengesakan Allah).

 

B. Macam-Macam Ibadah Dan Keluasan Cakupannya

Ibadah itu banyak macamnya. Ia mencakup semua macam ketaatan yang nampak pada lisan, anggota badan dan yang lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil dan membaca Al-Qur’an; shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar ma’ruf nahi mungkar, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil. Begitu pula cinta kepada Allah dan RasulNya, khasyyatullah (takut kepada Allah), inabah (kembali) kepadaNya, ikhlas kepadaNya, sabar terhadap hu-kumNya, ridha dengan qadha’-Nya, tawakkal, mengharap nikmatNya dan takut dari siksaNya.

 

Jadi, ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika diniatkan qurbah (mendekatkan diri kepada Allah) atau apa-apa yang membantu qurbah. Bahkan adat kebiasaan (yang mubah) pun bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk taat kepadaNya. Seperti tidur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari nafkah, nikah dan sebagainya. Berbagai kebiasaan tersebut jika disertai niat baik (benar) maka menjadi bernilai ibadah yang berhak mendapatkan pahala. Karenanya, tidaklah ibadah itu terbatas hanya pada syi’ar-syi’ar yang biasa dikenal.

Makna Syahadatain

•23 February, 2009 • Leave a Comment

Kitab Tauhid 1

oleh: Dr.Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al fauzan

 

Pertama: Makna Syahadatain

A. Makna Syahadat “La ilaaha illallah”

Yaitu beri’tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah Subhannahu wa Ta’ala , menta’ati hal terse-but dan mengamalkannya.

 

La ilaaha menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapa pun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah semata untuk disembah. Jadi makna kalimat ini secara ijmal (global) adalah, “Tidak ada sesembahan yang hak selain Allah”.

 

Khabar “?La” harus ditaqdirkan “al haq” (yang hak), tidak boleh ditaqdirkan dengan “maujud” (ada). Karena ini menyalahi kenyataan yang ada, sebab tuhan yang disembah selain Allah banyak sekali. Hal itu akan berarti bahwa menyembah tuhan-tuhan tersebut adalah ibadah pula untuk Allah. Ini Tentu ke-batilan yang nyata.

 

Kalimat “La ilaaha illallah” telah ditafsiri dengan beberapa penafsiran yang batil, antara lain:

a. “Tidak ada sesembahan kecuali Allah”

Ini adalah batil, karena maknanya: Sesungguhnya setiap yang disembah, baik yang hak maupun yang batil, itu adalah Allah.

b. “Tidak ada pencipta selain Allah”

Ini adalah sebagian dari arti kalimat tersebut. Akan tetapi bukan ini yang dimaksud, karena arti ini hanya mengakui tauhid rububiyah saja, dan itu belum cukup.

c. “Tidak ada hakim (penentu hukum) selain Allah”

Ini juga sebagian dari makna tapi bukan itu yang dimaksud, karena makna tersebut belum cukup

 

Semua tafsiran di atas adalah batil atau kurang. Kami peringatkan di sini karena tafsir-tafsir itu ada dalam kitab-kitab yang banyak beredar. Sedangkan tafsir yang benar menurut salaf dan para muhaqqiq (ulama peneliti) adl “tidak ada sesembahan yang hak selain Allah” seperti tersebut di atas.

 

B. Makna Syahadat “Anna Muhammadarrasulullah”

Yaitu mengakui secara lahir batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan RasulNya yang diutus kepada manusia secara keseluruhan, serta mengamalkan konsekuensinya: menta’ati perintahnya, membenarkan ucapannya, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah Allah kecuali dengan apa yang disyari’atkan.

 

Kedua: Rukun Syahadatain

A. Rukun “Laa ilaaha illallah” ada dua:

An-Nafyu (peniadaan): membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah.

Al-Itsbat (penetapan): menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya.

 

Makna dua rukun ini banyak disebut dalam ayat Al-Qur’an, seperti firman Allah Subhannahu wa Ta’ala: “Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beri-man kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepa-da buhul tali yang amat kuat …” (Al-Baqarah: 256)

 

Firman Allah, “siapa yang ingkar kepada thaghut” itu adalah makna dari rukun yang pertama. Sedangkan firman Allah, “dan beriman kepada Allah” adalah makna dari rukun kedua.

 

Begitu pula firman Allah Subhannahu wa Ta’ala kepada Nabi Ibrahim Alaihissalam : “Sesungguhnya aku berlepas diri terhadap apa yang kamu sem-bah, tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku …”. (Az-Zukhruf: 26-27)

 

Firman Allah Subhannahu wa Ta’ala, “Sesungguhnya aku berlepas diri” ini adalah makna nafyu (peniadaan) dalam rukun pertama. Sedangkan perkataan, “Tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku”, adalah makna itsbat (penetapan) pada rukun kedua.

 

B. Rukun Syahadat Muhammadarrasulullah

Syahadat ini juga mempunyai dua rukun, yaitu kalimat hamba dan utusanNya. Dua rukun ini menafikan ifrath (berlebih-lebihan) dan tafrith (meremehkan) pada hak Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam.

 

Beliau adalah hamba dan rasulNya. Beliau adalah makhluk yang pa-ling sempurna dalam dua sifat yang mulia ini. “Al-‘abdu” di sini artinya hamba yang menyembah. Maksudnya, beliau adalah manusia yang diciptakan dari bahan yang sama dengan bahan ciptaan manusia lainnya. Juga berlaku atasnya apa yang berlaku atas orang lain.

 

Sebagaimana firman Allah Subhannahu wa Ta’ala: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, …’.” (Al-Kahfi: 110)

 

Beliau hanya memberikan hak ubudiyah kepada Allah dengan se-benar-benarnya, dan karenanya Allah Subhannahu wa Ta’ala memujinya: “Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hambaNya.” (Az-Zumar: 36)

“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-Qur’an) …” (Al-Kahfi: 1)

“Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram …” (Al-Isra’: 1)

 

Sedangkan rasul artinya, orang yang diutus kepada seluruh manusia dengan misi dakwah kepada Allah sebagai basyir (pemberi kabar gembira) dan nadzir (pemberi peringatan). Persaksian untuk Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam dengan dua sifat ini meniadakan ifrath dan tafrith pada hak Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam .

 

Karena banyak orang yang mengaku umatnya lalu melebihkan haknya atau mengkultuskannya hingga mengangkatnya di atas martabat sebagai hamba hingga kepada martabat ibadah (penyembahan) untuknya selain dari Allah Subhannahu wa Ta’ala. Mereka ber-istighatsah (minta pertolongan) kepada beliau, dari selain Allah. Juga meminta kepada beliau apa yang tidak sanggup melakukannya selain Allah, seperti memenuhi hajat dan menghilangkan kesulitan.

 

Tetapi di pihak lain sebagian orang mengingkari kerasulannya atau mengurangi haknya, sehingga ia bergantung kepada pendapat-pendapat yang menyalahi ajarannya, serta memaksakan diri dalam me-na’wil-kan hadits-hadits dan hukum-hukumnya.

 

Ketiga: Syarat-Syarat Syahadatain

A. Syarat-syarat “La ilaa ha illallah”

Bersaksi dengan laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat. Tanpa syarat-syarat itu syahadat tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya.

 

Secara global tujuh syarat itu adalah:

1. ‘Ilmu, yang menafikan jahl (kebodohan).

2. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan).

3. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan).

4. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan).

5. Ikhlash, yang menafikan syirik.

6. Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta).

7. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha’ (kebencian).

 

Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

Syarat Pertama: ‘Ilmu (Mengetahui). Artinya memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang ditiadakan dan apa yang ditetapkan, yang menafikan ketidaktahuannya dengan hal tersebut. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “… akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa`at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya). (Az-Zukhruf: 86)

 

Maksudnya orang yang bersaksi dengan laa ilaaha illallah, dan memahami dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya. Sean-dainya ia mengucapkannya, tetapi tidak mengerti apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.

 

Syarat kedua: Yaqin (yakin). Orang yang mengikrarkannya harus meyakini kandungan syahadat itu. Manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mere-ka tidak ragu-ragu …” (Al-Hujurat: 15)

 

Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebon) ini, yang menyaksikan bahwa tiada ilah selain Allah dengan hati yang meyakininya, maka berilah kabar gembira dengan (balasan) Surga.” (HR. Al-Bukhari) Maka siapa yang hatinya tidak meyakininya, ia tidak berhak masuk Surga.

 

Syarat Ketiga: Qabul (menerima). Menerima kandungan dan konsekuensi dari syahadat; menyem-bah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selainNya. Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta’ati, maka ia termasuk orang-orang yang difirmankan Allah: “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: ‘Laa ilaaha illallah’ (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?” (Ash-Shafat: 35-36)

 

Ini seperti halnya penyembah kuburan dewasa ini. Mereka mengikrarkan laa ilaaha illallah, tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Dengan demikian berarti mereka belum menerima makna laa ilaaha illallah.

 

Syarat keempat: Inqiyaad (Tunduk dan Patuh dengan kandungan Makna Syahadat). Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.” (Luqman: 22)

 

Al-‘Urwatul-wutsqa adalah laa ilaaha illallah. Dan makna yuslim wajhahu adalah yanqadu (patuh, pasrah).

 

Syarat Kelima: Shidq (jujur). Yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkan-nya. Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik dan pendusta.

 

Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Di antara manusia ada yang mengatakan: ‘Kami beriman kepa-da Allah dan Hari kemudian’, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Al-Baqarah: 8-10)

 

Syarat keenam: Ikhlas. Yaitu membersihkan amal dari segala debu-debu syirik, dengan jalan tidak mengucapkannya karena mengingkari isi dunia, riya’ atau sum’ah. Dalam hadits ‘Itban, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas Neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illalah karena menginginkan ridha Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

 

Syarat ketujuh: Mahabbah (kecintaan). Maksudnya mencintai kalimat ini serta isinya, juga mencintai orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaima-na mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)

 

Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan ahli syirik mencintai Allah dan mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan dengan isi kandungan laa ilaaha illallah.

 

B. Syarat Syahadat “Muhammadanrasulullah”

Mengakui kerasulannya dan meyakininya di dalam hati. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan. Mengikutinya dengan mengamalkan ajaran kebenaran yang telah dibawanya serta meninggalkan kebatilan yang telah dicegahnya. Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang ghaib, baik yang sudah lewat maupun yang akan datang.

 

Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta, anak, orangtua serta seluruh umat manusia. Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain serta mengamalkan sunnahnya.

 

Keempat: Konskuensi Syahadatain

A. Konsekuensi “La ilaa ha illallah”

Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala ma-cam yang dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan laa ilaaha illallah. Dan beribadah kepada Allah semata tanpa syirik sedikit pun, sebagai keharusan dari penetapan illallah.

 

Banyak orang yang mengikrarkan tetapi melanggar konsekuensinya. Sehingga mereka menetapkan ketuhanan yang sudah dinafikan, baik berupa para makhluk, kuburan, pepohonan, bebatuan serta para thaghut lainnya. Mereka berkeyakinan bahwa tauhid adalah bid’ah. Mereka me-nolak para da’i yang mengajak kepada tauhid dan mencela orang yang beribadah hanya kepada Allah semata.

 

B. Konsekuensi SyahadaT “Muhammadanrasulllah”

Yaitu mentaatinya, membenarkannya, meninggalkan apa yang di-larangnya, mencukupkan diri dengan mengamalkan sunnahnya, dan meninggalkan yang lain dari hal-hal bid’ah dan muhdatsat (baru), serta mendahulukan sabdanya di atas segala pendapat orang.

 

Kelima: Yang Membatalkan Syahadatain

Yaitu hal-hal yang membatalkan Islam, karena dua kalimat sya-hadat itulah yang membuat seseorang masuk dalam Islam. Mengucapkan keduanya adalah pengakuan terhadap kandungannya dan konsisten mengamalkan konsekuensinya berupa segala macam syi’ar-syi’ar Islam.

 

Jika ia menyalahi ketentuan ini, berarti ia telah membatalkan perjanjian yang telah diikrarkannya ketika mengucapkan dua kalimat syahadat tersebut. Yang membatalkan Islam itu banyak sekali. Para fuqaha’ dalam kitab-kitab fiqih telah menulis bab khusus yang diberi judul “Bab Riddah (kemurtadan)”. Dan yang terpenting adalah sepuluh hal, yaitu:

 

1. Syirik dalam beribadah kepada Allah. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya.” (An-Nisa’: 48)

 

“… Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu de-ngan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (Al-Ma’idah: 72)

 

Termasuk di dalamnya yaitu menyembelih karena selain Allah, misalnya untuk kuburan yang dikeramatkan atau untuk jin dan lain-lain.

 

2. Orang yang menjadikan antara dia dan Allah perantara-perantara. Ia berdo’a kepada mereka, meminta syafa’at kepada mereka dan bertawakkal kepada mereka. Orang seperti ini kafir secara ijma’.

 

3. Orang yang tidak mau mengkafirkan orang-orang musyrik dan orang yang masih ragu terhadap kekufuran mereka atau mem-benarkan madzhab mereka, dia itu kafir.

 

4. Orang yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi lebih sempurna dari petunjuk beliau, atau hukum yang lain lebih baik dari hukum beliau. Seperti orang-orang yang mengutamakan hukum para thaghut di atas hukum Rasulullah, mengutamakan hukum atau perundang-undangan manusia di atas hukum Islam, maka dia kafir.

 

5. Siapa yang membenci sesuatu dari ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam sekali pun ia juga mengamalkannya, maka ia kafir.

 

6. Siapa yang menghina sesuatu dari agama Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam atau pahala maupun siksanya, maka ia kafir. Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah Subhannahu wa Ta’ala : “Katakanlah: ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta ma`af, karena kamu kafir sesudah beriman.” (At-Taubah: 65-66)

 

7. Sihir, di antaranya sharf dan ‘athf (barangkali yang dimaksud adalah amalan yang bisa membuat suami benci kepada istrinya atau membuat wanita cinta kepadanya/pelet). Barangsiapa melakukan atau meridhainya, maka ia kafir. Dalilnya adalah firman Allah Subhannahu wa Ta’ala “… sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada se-orangpun sebelum mengatakan: ‘Sesungguhnya kami hanya co-baan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir’.” (Al-Baqarah: 102)

 

8. Mendukung kaum musyrikin dan menolong mereka dalam memusuhi umat Islam. Dalilnya adalah firman Allah Subhannahu wa Ta’ala : “Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” (Al-Ma’idah: 51)

 

9. Siapa yang meyakini bahwa sebagian manusia ada yang boleh keluar dari syari’at Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam , seperti halnya Nabi Hidhir boleh keluar dari syariat Nabi Musa Alaihissalam , maka ia kafir. Sebagaimana yang diyakini oleh ghulat sufiyah (sufi yang berlebihan/ melampaui batas) bahwa mereka dapat mencapai suatu derajat atau tingkatan yang tidak membutuhkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam .

 

10. Berpaling dari agama Allah, tidak mempelajarinya dan tidak pula mengamalkannya. Dalilnya adalah firman Allah Subhannahu wa Ta’ala : “Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (As-Sajadah: 22)

 

Syaikh Muhammad At-Tamimy berkata: “Tidak ada bedanya dalam hal yang membatalkan syahadat ini antara orang yang ber-canda, yang serius (bersungguh-sungguh) maupun yang takut, kecuali orang yang dipaksa. Dan semuanya adalah bahaya yang paling besar serta yang paling sering terjadi. Maka setiap muslim wajib berhati-hati dan mengkhawatirkan dirinya serta mohon perlindungan kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala dari hal-hal yang bisa mendatangkan murka Allah dan siksaNya yang pedih

Biografi Abul Ala Al Maududi

•23 February, 2009 • 4 Comments

Runtuhnya khilafah pada 1924 mengakibatkan kehidupan Maududi mengalami perubahan besar. Dia jadi sinis terhadap nasionalisme yang ia yakini hanya menyesatkan orang Turki dan Mesir, dan menyebabkan mereka merongrong kesatuan muslim dengan cara menolak imperium ‘Utsmaniah dan kekhalifahan muslim.

 

Disinilah Maududi menjadi lebih mengetahui kesadaran politik kaum muslimin dan jadi aktif dalam urusan agamanya. Namun, saat itu fokus tulisan-tulisannya belum juga mengarah pada kebangkitan Islam.

 

Sayyid Abul A’la Maududi adalah figur penting dalam kebangkitan Islam pada dasawarsa terakhir. Ia lahir dalam keluarga syarif (keluarga tokoh muslim India Utara) di Aurangabad, India Selatan, tepatnya pada 25 September 1903 (3 Rajab 1321 H). Rasa dekat keluarga ini dengan warisan pemerintahan Muslim India dan kebenciannya terhadap Inggris, memainkan peranan sentral dalam membentuk pandangan Maududi di kemudian hari.

 

Ahmad Hasan, ayahnya Maududi, sangat menyukai tasawuf. Ia berhasil menciptakan kondisi yang sangat religius dan zuhud bagi pendidikan anak-anaknya. Ia berupaya membesarkan anak-anaknya dalam kultur syarif. Karenanya, sistem pendidikan yang ia terapkan cenderung klasik. Dalam sistem ini tidak ada pelajaran bahasa Inggris dan modern, yang ada hanya bahasa Arab, Persia, dan Urdu. Karena itu, Maududi jadi ahli bahasa Arab pada usia muda.

 

Pada usia sebelas tahun, Maududi masuk sekolah di Aurangabad. Di sini ia mendapatkan pelajaran modern. Namun, lima tahun kemudian ia terpaksa meninggalkan sekolah formalnya setelah ayahnya sakit keras dan kemudian wafat. Yang menarik, pada saat itu Maududi kurang menaruh minat pada soal-soal agama, ia hanya suka politik. Karenanya, Maududi tidak pernah mengakui dirinya sebagai ‘alim. Kebanyakan biografi Maududi hanya menyebut dirinya sebagai jurnalis yang belajar agama sendiri. Semangat nasionalisme Indianya tumbuh subur. Dalam beberapa esainya, ia memuji pimpinan Partai Kongres, khususnya Mahatma Gandhi dan Madan Muhan Malaviya.

 

Pada 1919 dia ke Jubalpur untuk bekerja di minggua partai pro Kongres yang bernama Taj. Di sini dia jadi sepenuhnya aktif dalam gerakan khilafah, serta aktif memobilisasi kaum muslim untuk mendukung Partai Kongres.

 

Kemudian Maududi kembali ke Delhi dan berkenalan dengan pemimpin penting Khilafah seperti Muhammad ‘Ali. Bersamanya, Maududi menerbitkan surat kabar nasionalis, Hamdard. Namun itu tidak lama. Selama itulah pandangan politik Maududi kian religius. Dia bergabung dengan Tahrik-I Hijrah (gerakan hijrah) yang mendorong kaum muslim India untuk meninggalkan India ke Afganistan yang dianggap sebagai Dar al-Islam (negeri Islam).

 

Pada 1921 Maududi berkenalan dengan pemimpin Jami’ati ‘Ulama Hind (masyarakat ulama India). Ulama jami’at yang terkesan dengan bakat maududi kemudian menarik Maududi sebagai editor surat kabar resmi mereka, Muslim. Hingga 1924 Maududi bekerja sebagai editor muslim. Disinilah Maududi menjadi lebih mengetahui kesadaran politik kaum muslimin dan jadi aktif dalam urusan agamanya. Namun, saat itu tulisan-tulisannya belum juga mengarah pada kebangkitan Islam.

 

Di Delhi, Maududi memiliki peluang untuk terus belajar dan menumbuhkan minat intelektualnya. Ia belajar bahasa Inggris dan membaca karya-karya Barat. Jami’at mendorongnya untuk mengenyam pendidikan formal agama. Dia memulai dars-I nizami, sebuah silabus pendidikan agama yang populer di sekolah agama Asia Selatan sejak abad ke delapan belas. Pada 1926, ia menerima sertifikat pendidikan agama dan jadi ulama.

 

Runtuhnya khilafah pada 1924 mengakibatkan kehidupan Maududi mengalami perubahan besar. Dia jadi sinis terhadap nasionalisme yang ia yakini hanya menyesatkan orang Turki dan Mesir, dan menyebabkan mereka merongrong kesatuan muslim dengan cara menolak imperium ‘Utsmaniah dan kekhalifahan muslim. Dia juga tak lagi percaya pada nasionalisme India. Dia beranggapan bahwa Partai Kongres hanya mengutamakan kepentingan Hindu dengan kedok sentimen nasionalis. Dia ungkapkan ketidaksukaannya pada nasionalisme dan sekutu muslimnya.

 

Sejak itu, sebagai upaya menentang imperialisme, Maududi menganjurkan aksi Islami, bukan nasionalis. Ia percaya aksi yang ia anjurkan akan melindungi kepentingan muslimin. Hal ini memberi tempat bagi wacana kebangkitan.

 

Pada 1925, seorang Muslim membunuh Swami Shradhnand, pemimpin kebangkitan Hindu. Swami memancing kemarahan kaum muslimin karena dengan erang-terangan meremehkan keyakinan kaum muslimin. Kematiannya Swami menimbulkan kritik media massa bahwa Islam adalah agama kekerasan. Maududi pun bertindak. Ia menulis bukunya yang terkenal mengenai perang dan damai, kekerasan dan jihad dalam Islam, Al Jihad fi Al Islam. Buku ini berisi penjelasan sistematis sikap Muslim mengenai jihad, sekaligus sebagai tanggapan atas kritik terhadap Islam. Buku ini mendapat sambutan hangat dari kaum muslimin. Hal ini semakin menegaskan Maududi sebagai intelektual umat.

 

Sisa terakhir pemerintahan muslim pada saat itu kelihatan semakin tidak pasti. Maududi pun berupaya mencari faktor penyebab semakin pudarnya kekuasaan muslim. Dia berkesimpulan, selama berabad-abad Islam telah dirusak oleh masuknya adat istiadat lokal dan masuknya kultur asing yang mengaburkan ajaran sejatinya. Karenanya Maududi mengusulkan pembaharuan Islam kepada pemerintahan saat itu, namun tidak digubris. Hal ini mendorong Maududi mencari solusi sosio-politik menyeluruh yang baru untuk melindungi kaum muslimin.

 

Gagasannya ia wujudkan dengan mendirikan Jama’at Islami (partai Islam), tepatnya pada Agustus 1941, bersama sejumlah aktifis Islam dan ulama muda. Segera setelah berdiri, Jama’ati Islami pindah ke Pathankot, tempat dimana Jama’at mengembangkan struktur partai, sikap politik, ideologi, dan rencana aksi.

 

Sejak itulah Maududi mengosentrasikan dirinya memimpin umat menuju keselamatan politik dan agama. Sejak itu pula banyak karyanya terlahir di tengah-tengah umat. Ketika India pecah, Jama’at juga terpecah. Maududi, bersama 385 anggota jama’at memilih Pakistan. Markasnya berpindah ke Lahore, dan Maududi sebagai pemimpinnya. Sejak itu karir politik dan intelektual Maududi erat kaitannya dengan perkembangan Jama’at. Dia telah “kembali” kepada Islam, dengan membawa pandangan baru yang religius.

 

(Sumber : Majalah Percikan Iman No. 4 Tahun I Oktober 2000)

Beberapa Ayat Al-Qur’an Tentang Cinta

•23 February, 2009 • 63 Comments

Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).(2:165)

 

 

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).(3:14)

 

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(3:31)

 

Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.(5:54)

 

Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.(9:24)

 

Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.(16:107)

 

Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,(49:7)

 

(Juga) bagi para fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.

Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: “Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”.(59:8-10)